- Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
- Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
- Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
- Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
- Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
- Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
- Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
- Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi.
- Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
- Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
- Hubungan dengan diri
- Ungkapan kekurangan
- Harapan
- Arti dan tujuan hidup
- Perdamaian/ketenangan
- Penerimaan
- Cinta
- Memaafkan diri sendiri
- Keberanian
- Marah
- Kesalahan
- Koping yang buruk
- Hubungan dengan orang lain
- Menolak berhubungan dengan tokoh agama
- Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
- Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
- Mengungkapkan pengasingan diri
- Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
- Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
- Tidak tertarik dengan alam
- Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
- Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
- Ketidakmampuan untuk berdo’a
- Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
- Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
- Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
- Tiba-tiba berubah praktik agama
- Ketidakmampuan untuk introspeksi
- Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
- Pengkajian Fisik Abuse
- Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
- Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).
- F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
- I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
- C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
- A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
- Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
- Perasaan ketika seseorang gagal
- Perasaan tidak stabil
- Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
- Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
- Perasaan hampa
- Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
- Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
- Kejadian Stresful
- Ketegangan Hidup
- Respon Kognitif
- Respon Afektif
- Respon Fisiologis
- Respon Sosial
- Respon Perilaku
- Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.
- Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
- Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
- Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
- Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
- Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
- Distters Spritual
- Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
- Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
No. |
Diagnosis Keperawatan |
Perencanaan |
Intervensi |
|
Tujuan |
Kriteria
Evaluasi |
|||
1 |
Distres
spritual |
TUM : Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik
spiritual sebelumnnya dan merasa kehidupannya berarti/bermakna TUK I : Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina
hubungan saling percaya |
1.
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi. |
1.
Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip dan teknik komunikasi terapeutik :
|
2 |
TUK 2 : Setelah satu
kali pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual
tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya. |
2.1 Klien mampu
|
2.1.1 Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina
hubungan saling percaya dan menunjukkan empati. 2.1.2 Menggunakan alat untukmemonitor dan
mengevaluasi spiritual well-being sebagai pendekatan 2.1.3 Mendorong individu untuk melihat kembali
masa lalu dan memfokuskan pada kejadian dan hubungan yang memberikan kekuatan
dan dukungan spiritual 2.1.4 Rawat klien dengan bermartabat dan hormat
dengan cara menghargai pendapat dan keyakinan klien. 2.1.5 Dorong partisipasi dalam hubungan dengan
anggota keluarga, teman dan orang lain. 2.1.6 Jaga privacy dan ketenangan untuk kegiatan
spiritual 2.1.7 Dorong partisipasi dalam kelompok spiritual
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
|
|
3 |
TUK 3 : Setelah atau kali pertemuan kali dapat
mendiskusikan dengan perawat hal penting yang memberikan makna dalam
kehidupannya dimasa yang lalu.
|
|
|
|
4 |
TUK 4 : Setelag tiga kali pertemuan klien dapat
mempertahankan pemikiran dan perasaannya tentang spiritual
|
|
|
- Setiap hari dampak dari kehidupan.
- Stress bisa baik.
- Stress yang berlebihan dapat membahayakan
- Lebih konsentrasi lagi
- Increases performance
- Memberikan energi untuk termotivasi lagi
- Loss of motivation
- Kurang efektif
- Physical, mental and behavioral problems
- Money
- Traffic
- Health/Medical issues
- Lack of Free time
- Relationship : family & friends
- Job related stress :
- Work load
- Increased heart rate/ Increased blood preassere
- Muchles tightening
- Cold clammy hands
- Fatigue
- Sleepleeness
- Longer recovery from injury
- Stomach or bowel upset
- Headaches
- Backaces
- Change in eating habiths : lost of appetite/overeating
- Restlessbes/irrutabillity
- Increased illness
- Anxiety
- Forgetfulness
- Depression
- Apathy/lack of interest
- Confucion
- Lowered sel esteem
- Increased anger
- Exessive fear
- Worry
- Decreased self-confidence
- Hostility
- Iriitability
- Under/over eating
- Decreased ability to concentrate
- Memory problems/forgetfulness
- Frequent use of cigarettes or alcohol
- Clumsiness
- Withdrawal form usual activities
- Poor performance
- Absenteeism
- High accident raes
- Making moro mistakes
- Back pain
- Headaches
- Stomachahes
- Ulcers
- High Blood Preassure
- Heart Attack or Stroke
- Increased health insurance costs
- Lost work days
- Stress related workfes compensation claims
- Lower Productivity
- Time management
- Organize
- Problem solving attitude
- Think Positive
- Music
- Hobbies
- Play
- Learning
- Vacation
- Body scan – relax – let go
- Deep breathing
- Exercise
- Meditation
- Nutrition
- Rest
- Laughter
- Delegate
- Anticipate problems
- Be assertive
- Organize
- Balance work and personal time
- Improvements in the physical work environment
- Changes in Job design
- Changes in workloads an deadlines
- Changes in work schedules
- More flexible hours
- Increased employee participation
- Team building
- Time management workshops
- Job burnout workshops
- Training in relaxtion techniques
- Career counseling
- Pengertian Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
- Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Nanda, 2005).
- Kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend, 1998)
- Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua beresiko mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak mempunyai kemampuan secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et, all, 2006).
- Proses Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif
- Pengkajian Fisik
- Pengkajian Psikologis
- Pengkajian Sosial Budaya
- Pengkajian Spritual
- Diagnosa Keperawata
- Intervensi Keperawatan
- Generalisasi :
- Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
- Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif
- Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi masalahnya
- Bina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam terapeutik
- Berjabat tangan
- Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
- Kaji status koping yang digunakan klien
- Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya
- Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman perilaku yang tidak menyenangkan
- Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.
- Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan yang dibutuhkan.
- Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
- Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk dihadapi.
- Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan dan pandangan realistis.
- Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri
- Apa yang positif pada dirinya
- Apa yang perlu ditingkatkan
- Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement
- Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
- Identifikasi masalah yang dirasakan
- Identifikasi penyebab masalah
- Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu
- Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
- Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
- Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil
- Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti :
- Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial
- Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik
- Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif
- Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya.
- Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada anggota keluarganya.
- Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak etektif
- Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah koping individu tidak efektif
- Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
- Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
- Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
- Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif
- Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara :
- Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
- Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
- Bicara dengan orang lain
- Melakukan aktivitas yang konstruktif
- Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.
- Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung
- Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat ditangani dirumah.
- Terapi Individu
- Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan stres yang dihadapi individu tidak mengancam.
- Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang lain.
- Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi.
- Terapi Keluarga
- Family psychoeducation theraphy
- Family system therapy
- Terapi leompok : Group psycotherapy
- Terapi komunitas : case management
- Fokus pada masalah
- Negosiasi
- Konfrontasi
- Minat nasehat
- Fokus pada kognitif
- Banding dengan secara positif
- Abaikan yang negatif
- Subtitusi
- Fokus pada emosi
- Ego defence
- Faktor Predisposisi
- Biologik
- L.B. Genetik
- Kesehatan
- Terpapar Racun
- Psikologik
- IQ
- Moral
- Koping
- Konsep Diri
- Kepribadian
- Pengalaman lalu
- Keterampilan verbal
- SOS. BUD
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendapatan
- L.B. Bud-Sos
- Agama
- Politik
- HAM, Status sosial
- Faktor Prespitasi (Stressor)
- Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu energi tensi dan stres.
- Yang penting tentang stresor :
- Sifat : bio, psiko, sos-bud
- Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)
- Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi
- Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu
- Penilaian Primer terhadap Stresor
- Kognitif
- Pemilihan koping
- Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku
- Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan
- Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan :
- Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta dan kontrol diri dan lingkungan.
- Sumber untuk toleransi
- Penialian Sekunder
- Kognitif
- Kemampuan koping
- Efektifitas koping
- Koping yang tersedia
- Afektif
- Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak percaya, antisipasi, surprise.
- Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas
- Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati)
- Sikap (attitude) : jika lama
- Fisiologik : berkaitan dengan homron
- Perilaku :
- Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful
- Perilaku yang memerlukan kemamuan baru
- Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan
- Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal
- Sosial : significant others
- Evaluasi dukungan sosial
- Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa
- Dukungan emosi (emotional support)
- Membantu menyelesaikan masalah
- Memberi umpan balik dan evaluasi
- Hubungan sosial dan integrasi
- Sumber informasi
- Mechanic :
- Model ekonomi
- Tekanan koping
- Kemampuan dan keterampilan
- Dukungan sosial
- Motivasi
- Lazarus & Folkam
- Kesehatan dan tenaga
- Keyakinan positif
- Sumber sosial dan materi
- Keterampilan sosial
- Keterampilan penyelesaian masalah :
- Cari info
- Indentifikasi maslah
- Nilai alternatif
- Laksanakan rencana
- Antonousky
- Kekuatan ego
- Konsisten
- Stabil
- Budaya
- Agama
- Sistem Nilai
- Keyakinan
- Faktor Biologis
- Faktor Fsikologis
- Faktor Sosiokultural
- Trauma
- Role Strain
- Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan kekuatan untuk klien. Jika ditemukan ada sumber koping positif yang dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien berusaha bersama-sama untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
- Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan keyakinan positif terhadap stressor.
- Gangguan body image
- Koping tidak efektif
- Berduka
|
|
Dengarkan
Empat |
|
|
Alternatif …
Tidak berbahaya |
|
|
Identifikasi kembali
Penilai Klien terhadap body image |
|
|
Percaya diri
Kemampuan diri
|
- INFORMASI UMUM
- KELUHAN UTAMA
- PENAMPILAN UMUM
- Fisik
- Penampilan
- Cacat Fisik
- Kontak Mata
- Pakaian
- Perawatan Diri
- KELUARGA
- Genogram
- Tipe keluarga
- Pengembailan Keputusan
- Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
- Kebiasaan yang dilakukan berasma keluarga
- Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
- RIWAYAT SOSIAL
- Pola Sosial
- Teman/orang terdekat
- Peran serta dalam kelompok
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
- Obat-obatan yang dikonsumsi
- Adakah obat herbal/obat lain yang dikonsumsi diluar resep
- Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
- Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
- KULTURAL DAN SPIRITUAL
- Agama yang dianut
- Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaanya?
- Apakah klien mengalmi gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
- Adakah pengaruh spritual terhadap koping individu
- Budaya yang diikuti
- Perilaku[]Perilaku[]Perilaku[]Kontak mataMencegah kontak mataPenuh kasih sayangMerangkulSentuhanEkspresifHangatOrientasi pada orang lainPemaluSopanPendiamSenyum dan anggunkan
- Perilaku[]Perilaku[]Perilaku[]KerasAnimatedTenangMuluk-mulukKeras pada pesan pentingEkpresifBerubah sesuai emosiLembutHormat
- Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
- Keluhan fisik
- Alam perasaan
- Mekanisme koping
Adaptif
|
[]
|
Adaptif
|
[]
|
Bicara dengan orang lain
|
Minum alkohol
|
||
Mampu menyelesaikan masalah
|
Reaksi lambat/cepat
|
||
Teknik relaksasi
|
Bekerja berlebihan
|
||
Aktivitas konstruktif
|
Menghindar
|
||
Olahraga
|
Mencederai diri
|
||
Lain-lain :
|
Lain-lain :
|
- Kehilangan yang pernah dialami
- Respon terhadap kehilangan
- Mekanisme koping
Adaptif
|
[]
|
Adaptif
|
[]
|
Bicara dengan orang lain
|
Minum alkohol
|
||
Mampu menyelesaikan masalah
|
Reaksi lambat/cepat
|
||
Teknik relaksasi
|
Bekerja berlebihan
|
||
Aktivitas konstruktif
|
Menghindar
|
||
Olahraga
|
Mencederai diri
|
||
Lain-lain :
|
Lain-lain :
|
- Keluhan Fisik
- Alam Perasaan
- Konsep Diri
- Citra tubuh :
- Identitas
- Peran
- Ideal diri
- Harga diri
- Mekanisme Koping
Adaptif
|
[]
|
Adaptif
|
[]
|
Bicara dengan orang lain
|
Minum alkohol
|
||
Mampu menyelesaikan masalah
|
Reaksi lambat/cepat
|
||
Teknik relaksasi
|
Bekerja berlebihan
|
||
Aktivitas konstruktif
|
Menghindar
|
||
Olahraga
|
Mencederai diri
|
||
Lain-lain :
|
Lain-lain :
|
salah satu upaya yang bagus untuk keperawatan...postingannya dilanjutkan ya mas Lukman (namanya juga bagus..)
ReplyDeletemakasih bang :) jarang nge-blog lagi :)nanti coba di update lagi
ReplyDeleteHard Rock Casino: What are the hours of operation and time to
ReplyDeleteHard Rock Hotel & 하남 출장안마 Casino In 대전광역 출장안마 the heart of the Las Vegas 목포 출장샵 Strip, to find a room 아산 출장안마 with a 강원도 출장안마 variety of Vegas casino slot machines.